Popular Post

Archive for 2014

Grafiti itu begini.

By : Arif Ilham Habib

Grafiti (grafitty atau grafitti) adalah kegiatan seni rupa yang menggunakan komposisi warna, garis, bentuk dan volume untuk menuliskan kalimat tertentu di atas dinding. Alat yang digunakan biasanya cat semprot kaleng atau pilok.

Orang yang membuat graffiti disebut “Bomber”. Seni Graffiti atau seni corat-coret bukanlah fenomena baru di masyarakat. Awalnya, seni ini digunakan sebagai salah satu bentuk bentuk protes kepada dunia politik atau apapun lewat coretan di tembok pinggir jalan. Namun, dalam perkembangannya aksi ini malah berubah fungsi menjadi seni.




Grafiti di Pompeii
. Istilah graffiti berasal dari bahasa Latin, yaitu graphium yang artinya menulis. Kebiasaan melukis di dinding bermula dari manusia primitif sebagai cara mengkomunikasikan perburuan. Pada masa ini.. grafitty digunakan sebagai sarana mistisme dan spiritual untuk membangkitkan semangat berburu.


Perkembangan kesenian di zaman Mesir kuno juga memperlihatkan aktivitas melukis di dinding-dinding piramida. Lukisan ini mengkomunikasikan alam lain yang ditemui seorang pharaoh (Firaun) setelah dimumikan. Kegiatan grafiti sebagai sarana menunjukkan ketidak puasan baru dimulai pada zaman Romawi dengan bukti adanya lukisan sindiran terhadap pemerintahan di dinding-dinding bangunan. Lukisan ini ditemukan di reruntuhan kota Pompeii.


Fungsi grafiti

• Bahasa rahasia kelompok tertentu.
• Sarana ekspresi ketidak puasan terhadap keadaan sosial.
• Sarana pemberontakan.
• Sarana ekspresi ketakutan terhadap kondisi politik dan sosial.

Gang grafiti
Yaitu grafiti yang berfungsi sebagai identifikasi daerah kekuasaan lewat tulisan nama gang, gang gabungan, para anggota gang, atau tulisan tentang apa yang terjadi di dalam gang itu.

Tagging graffiti
Yaitu jenis graffiti yang sering dipakai untuk ketenaran seseorang atau kelompok. Semakin banyak graffiti jenis ini bertebaran, maka makin terkenallah nama pembuatnya. Karena itu grafiti jenis ini memerlukan tagging atau tanda tangan dari pembuat . Semacam tanggung jawab karya.
Pada tahun 1970-an, di Amerika dan Eropa graffiti merambah ke wilayah urban sebagai jati diri gank yang banyak muncul di perkotaan. Akibatnya graffiti menjadi bermuatan provokasi terjadinya perang antar gank atau kelompok. Dengan demikian citra graffiti yang tidak baik itu menjadi momok bagi keamanan kota.
Sedangkan di era reformasi ini, Di Indonesia kita juga sering melihat para aktifis atau demonstran yang tengah berdemo mambawa sepanduk graffitian yang isi tulisannya sesuai dengan isu yang mereka demokan. semoga graffiiti di indonesia dapat bergembang dengan pesat dan nilai seninya tidak kalah dengan negeri tetangga.




ALIRAN GRAFFITI

Aliran atau gaya dalam graffiti cukup banyak, namun “tag” merupakan salah satu dasar yang harus dimiliki oleh para bomber. Tag merupakan gaya dalam menulis atau membuat gambar-gambar atau tulisan sehingga menarik, biasanya para bomber memiliki ciri khas masing-masing pada tag-nya tersebut. Selain tag ada pula yang disebut throw-up atau biasa disebut fill-in, ini adalah sebuah teknik menggambar dengan sangat cepat dengan menggunakan dua hingga tiga warna, di mana kecepatan menjadi tujuan utama dalam gaya yang satu ini. Paling seru dalam graffiti ialah apa yang di sebut dengan wildstyle. Gaya ini adalah sebutan di mana seorang bomber dapat melakukan apa saja, baik itu dari segi desain
atau pun pemilihan warna, dan karya yang paling ekstrim menjadi sesuatu yang paling menarik di sini. Para bomber pun saling menghasilkan karya-karya yang terkadang membuat seseorang harus memperhatikan dengan seksama maksud dan arti dari karya-karya mereka tersebut.

Radical And Political
Graffiti juga memiliki reputasi yang cukup buruk di mata pemerintah hampir di seluruh negara, karena graffiti dituduh sebagai media yang paling frontal untuk menghujat atau pun mengkritik secara keras sebuah pemerintahan di sebuah negara. Walau pun kini banyak grafiti yang telah meninggalkan cara seperti itu, namun tetap saja pemerintah masih banyak yang tidak setuju dengan hal yang satu ini. Bisa dibilang seni ini merupakan sebuah seni yang termasuk kategori underground. Bisa dibilang demikian karena kegiatan ini dilakukan secara diam-diam dan biasanya dilakukan pada malam hari. Membicarakan graffiti dan politik maka tidak akan lepas dengan seorang tokoh yang bernama Alexander Brener. Ia lah yang pertama kali membawa politik ke seni, dan ia juga lah yang pertama kali menyuarakan politik lewat media yang satu ini.




And High Art

Graffiti sekarang mulai memasuki masa keemasannya, selain di Indonesia sendiri, di Amerika atau tepatnya di Brooklyn Museum sering diadakan pameran graffiti yang kini disebut juga sebagai seni kontemporer. Berbagai bomber profesional seperti Crash, Lee, Daze, Keith Haring dan Jean-Michel Basquiat menjadi pahlawan dalam seni graffiti. Sekitar 22 bomber ikut berpartisipasi dalam pameran ini. Lain di Amerika lain pula di Australia. Negara yang satu ini bahkan menjadikan graffiti sebagai lomba publik yang selalu memiliki jumlah peserta yang sangat banyak.

Graffiti Against The Law
Di Amerika lah graffiti pertama kali ditemukan, karena semakin banyaknya bomberbomber yang membom-bardir sudut-sudut kota di Amerika, akhirnya pemerintah mulai menyediakan sebuah lahan untuk para bomber mengekplorasikan karya-karya mereka. Di Philadelphia misalnya. Pada tahun 1984, Philadephia Anti-Graffiti Network (PAGN) yang tadinya sangat menentang seni ini akhirnya meciptakan sebuah program yang diberi nama Mural Arts Program. Program ini menyediakan tempat yang sangat layak, namun jika para bomber tersebut membuat graffiti di luar wilayah tersebut, maka hukuman yang berat pun harus siap mereka terima. Di kota New York tahun 1995, Mayor Rudolph Giuliani dari membuat sebuah pasukan yang dinamakan Anti-Graffiti Task Force, yaitu pasukan yang dibuat untuk memberantas para bomber yang berkeliaran di kota ini. Selain itu para penjual cat semprot hanya boleh menjual dagangannya pada orang yang sudah berumur 18 tahun ke atas dengan menunjukan identitas mereka tersebut. Para bomber yang tertangkap juga harus membayar denda sebesar US$ 350, yang tentunya sangat memberatkan para bomber. Akhirnya salah seorang bomber terkenal NYC yang bernama Zephyr melakukan serangkaian usaha untuk melegalkan kegiatan ini, yaitu dengan menulis surat ke pemerintah. Peter Vallone, Jr. yang pada saat itu menjabat sebagai anggota pemerintahan melegalkan permintaan tersebut pada tanggal 1 Januari 2006, namun dengan syarat para bomber yang melakukan kegiatan tersebut harus berumur 21 tahun ke atas.

Perkembangan Seniman Surabaya

By : Arif Ilham Habib
Di tengah konflik politik dan ideologi para pelukis di Surabaya tumbuh dengan cepat. Mereka adalah :
1. Karyono (lukisannya realisme dan ekspresionisme)
2. Tedja Suminar (lukisannya realisme dan ekspresionisme)
3. Muhamad Daryono (lukisannya ekspresionisme, banyak mengusung tema kerakyatan)
4. Krishna Mustajab (lukisannya ekspresionisme, dekoratif-ekspresif)
5. OH Soepono (ekspresionisme dan surialisme)
6. Rudi Isbandi (lukisannya beragam: mulai dari ekspresionisme, kolase, media campuran, dan abstrak)
7. Amang Rahman (surealisme dan terkenal gaya Amang Rahmanisme)
8. M. Roeslan (realisme dan kaligrafi Jawa, banyak mengusung masalah kerakyatan dan realsime sosial ala Hendra Gunawan)
9. Rustamadji (realisme dan naturalisme)
10. Koempoel (realisme dan impresionisme)
11. Soechieb (realisme dan banyak mengusung tema perjuangan)
12. Wiwiek Hidayat (impresionisme dan abstrak, banyak menorehkan garis-garis dan warna-warna mencolok)
13. Sudibio (Tahun 1946 mendirikan kelompok Seniman Muda Indonesia di kabupaten Madiun. Pada tahun 1967 bersama Wiwiek Hidayat mendirikan Sanggar Puring. Anggota Sanggar Puring adalah Sudibio, Wiwik Hidayat, Karyono, Tedja Suminar. Pada tahun 1960-an aktif seni rupa di Madiun dan Surabaya)
14. Nurdin
Setelah rezim Soekarno runtuh ditahun 1966 banyak seniman Lekra yang ditahan, dibunuh, dan melarikan diri. Sedangkan seniman lain yang berafiliasi ke partai politik, seperti LKN dan Lesbumi, diakhir Tahun 1960-an mulai pasif. Akibatnya di Surabaya yang dominan adalah seniman non PKI dan non afiliasi ke partai politik. Para seniman independen yang tergabung dalam gerakan Manikebu (Manifestasi Kebudayaan) mendominasi perkembangan seni rupa di Surabaya. Kelompok Manikebu itu adalah M Daryono, Rudi Isbandi, Amang Rahman, Krishna Mustadjab, dan sebagainya. Sebagian dari merekalah yang kemudian mendirikan AKSERA Tahun 1974.
Ditahun 1970-an mulai semarak perkembangan seni rupa di Surabaya. Sebab ada beberapa lembaga yang berpengaruh terhadap perkembangan seni rupa Surabaya saat itu. Pertama, pengaruh Akademi Seni Rupa Surabaya (Aksera). Kedua, pengaruh lembaga kesenian seperti Dewan Kesenian Surabaya (DKS), dan Bengkel Muda Surabaya (BMS).
Aksera sangat berpengaruh besar terhadap perkembangan seniman dan kesenian Surabaya. Aksera melahirkan pelukis seperti Nuzurlis Koto, Hardi, Dwijo Sukatmo, Makhfoed, Thalib Prasodjo, Hardjono W.S, Suud, Poerono Sambowo, Hasan Busro, Agus Kemas, Nunung W.S, Hari Matrais, Abraham, Akuat Pribadi, Serudi Sera, Bambang Haryadjie (Bambang Telo), Arifin Hidayat, Yahya Ramsech, Sugeng, dan pematung Soesiyar. Mereka mengembangkan kebebasan berpikir dan berkreasi sesuai dengan masukan dari guru-guru mereka seperti Muhamad Daryono, OH Supono, Amang Rahman, dan sebagainya.
Generasi pelukis Tahun 1970-an sebenarnya sangat beragam, meskipun pengaruh AKSERA sangat besar sekali. Mereka berkembang secara otodidak, dari Yogyakarta, dan sebagainya. Secara global generasi pelukis Tahun 1970-an adalah sebagai berikut (selengkapnya lihat: Direktori Seni Rupa di atas)
Abraham (realisme dan surialisme), Agus Kemas (hijrah ke Sumenep), Akuat Pribadi (ekspresionisme), Arifin Hidayat (realisme, dekoratif, dan eskpresionisme. Ahli taman), Bambang Haryadjie (ekspresionisme dan dekoratif), Dwijo Sukatmo (abstrak dan kemudian impresionisme, banyak tema-tema filsafat kehidupan), Hardi (realis-ekspresionisme, hijrah ke Jakarta), Hardjono W.S (pematung dan pelukis realisme dan ekspresionisme. Dia juga penyair dan sutradara teater anak-anak), Hari Matrais (lebih banyak ke teater), Hasan Busro (hijrah ke Jakarta), Liem Keng (sketsa yang bernuansa ekspresionis, dengan warna hitam putih dan media tinta yang kuat sekali), M. Thalib Prasodjo (realisme dan banyak menggambar sketsa hitam putih), Makhfoed (surealisme dengan tema dominan alam kehidupan ala “Miro”), Nunung W.S (realisme dan ekspresionisme, hijrah ke Jakarta, Yogyakarta), Nuzurlis Koto (abstrak), Poerono Sambowo (realisme dan abstrak), Saiman Dullah (naturalisme), Serudi Sera (pointilis dan surialisme), Soesiyar (banyak karya patung, patung bertema kehidupan, tetapi disajikan secara surialisme), Subur Dullah (naturalisme), Sugeng (gaya optik), Suud Endisuseli (banyak melukis dengan media tinta dengan warna hitam putih. Lukisannya banyak dominan garis fraktal dan pointilis), Wahjudi D. Soetomo (realisme dan terakhir abstrak, ahli taman), Yahya Ramsech (realisme dan kaligrafi)
Di samping itu Aksera menyelenggarakan Sekolah Minggu Aksera (SMA). SMA ini melahirkan seniman seperti Wadjie MS dan Sukarno. Bengkel Muda Surabaya pun menyelenggarakan sekolah minggu seni lukis sehingga banyak seniman muda yang lahir dari aktivitas BMS ini. Tokoh yang lahir dari BMS adalah Bawong SN, Amir Kiah, dan Winarto
Ditahun 1980-an dunia seni rupa Surabaya mulai diramaikan oleh pengaruh pendidikan seni rupa Fakultas Keguruan Bahasa dan Seni (FKBS) IKIP Surabaya (UNESA). Akibatnya sejak tahun 1980-an itulah berkembang pelukis dan lukisan yang sangat beragam. Banyak seniman yang mendapat pengaruh UNESA, lulusan ASRI Yogyakarta, otodidak, STKW, dan sebagainya. Tidak heran kalau generasi seni rupa Surabaya sejak Tahun 1980-an semakin beragam. Kita simak keberagaman itu adalah sebagai berikut:
1. A.Gusge (realis-surealis)
2. Abdul Kadir (impresionis)
3. Albert Rondonuwu (realis)
4. Amdo Brada (Bambang Widodo). Amdo adalah jebolan STSI ASRI Yogyakarta. Amdo terkenal dengan lukisan dekoratif etnik. Dia banyak melukis totem dan dekorasi daerah.
5. Amir Kiah (realis-ekspresionis)
6. Anang Timur (realis, surealis, dan dekoratif. Banyak mengusung tema candi)
7. Andi L. Hamsan (realis-dekoratif dan surealis)
8. Andi Sulasmono (realis)
9. Arifin Petruk (instalasi)
10. Asri Nugroho (realisme, surealisme, dan abstrak)
11. Bagas Karunia Putra (realis, ekspresionis, multi media, dan terakhir dadais)
12. Bambang Widiantoko (abstrak)
13. Basuki (realis)
14. Bilaningsih (ekspresionis dan dadais)
15. Chamdani (ekspresionis, banyak mengusung tema sosial)
16. Chusnul Bahri (pelukis kaligrafi dan dekoratif. Lukisannya style Madura).
17. Chusnul Hadi (realis, kaligrafi)
18. Doho Senjoyo (naturalis)
19. Doyo Prawito (realis, natural, dan terakhir surialis)
20. Dwi Hadiah (realis-dekoratif)
21. Farid Firdaus (impresionis, ekspresionis)
22. Hening Purnamawati (dekoratif dan surialisme). Hening merupakan pelukis perempuan Surabaya potensial.
23. Her Rusmadi (realis, ekspresionis, dan banyak mengusung tema kerakyatan model Hendra Gunawan)
24. Heri Suyanto (realis, dekoratif, dan pointilis)
25. Hisyam (dekoratif)
26. Hookim Hong (realis dengan gaya lukisan China)
27. I Nyoman Ladra (dekoratif)
28. Ika Ismurdiahwati (dekoratif dengan banyak tema lukisan topeng dan totem)
29. Imam Chambali (realis)
30. Iskandar Zubair (realis dan banyak melukis karikatur)
31. Ivan Hariyanto. Pelukis Surabaya bergaya surealis yang produktif. Ivan lulusan STSRI “ASRI” Jogyakarta.
32. J.S Warno (realis)
33. Juli Jatiprambudi (realis-ekspresionis, lebih terkenal sebagai kritikus dan penulis seni rupa)
34. K. Djuwito (realis)
35. Kris AW (pernah di Surabaya. Sekarang di Gresik.Lukisannya realis)
36. Liem Keng
37. Liwung (realis)
38. Lukman Azis (surealis, bermukim di Porong Sidoarjo, almarhum)
39. M. Basuki (realis)
40. M. Thoyib (dekoratif)
41. Mas Dibyo. Mas Dibyo merupakan salah seorang pelukis bergaya ekspresionis yang sangat produktif. Pada awal Tahun 1990-an dia pindah ke Tuban dan sangat produktif pameran.
42. Mudjiono (realis)
43. Muhamad Fauzi (surealis dekoratif)
44. Musfaat (realis dan naturalis)
45. Natalini (Lini) (ekspresionisme)
46. Nonot Sukrasmono (realis, surealis, dan abstrak, dan kaligrafi)
47. Nunung Bachtiar (realis, ekspresionis)
48. Okka Jauhari (abstrak)
49. Pandik (realis)
50. Pek Liang (realis dengan gaya lukisan China)
51. Praci Hara (abstrak, lulus Unesa, banyak sibuk mengajar di SMKN XI – SMSR Surabaya)
52. Purnomo Sadewo (realis ekspresionis)
53. Rijaman (pointilis)
54. Rilantono (realis, dekoratif, dan pop art)
55. Salamun Kaulam, dosen UNESA, termasuk pelukis Surabaya yang rajin pameran bersama. Lukisan Salamun sangat ekspresif dengan komposisi warna cerah. Perkembangan terakhir, bentuk lukisan Salamun mengarah ke abstrak.
56. Satya Budi (realis-surealis). Sekarang tinggal di Yogyakarta.
57. Sebastian (realis, banyak belajar dari Doyo Prawito)
58. Setyoko (ekspresionisme, fauvisme)
59. Sim Kiem (realis)
60. Siti Rijati (realis)
61. Sri Rahayu (realis)
62. Subanu (realis-dekoratif)
63. Sugiarso Widodo (lukisannya banyak tema mesin sebagai simbol budaya masyarakat saat ini)
64. Sukarno (realis, dekoratif)
65. Surachman KS (realis dekoratif)
66. Suratno (realis)
67. Sutjahyo Widodo (realis ekspresionis)
68. Syafei Prawirosedono (Cak Pii) (realis banyak tema wayang)
69. Syaiful Hadjar (realis, grafis, dan saat ini menekuni seni rupa instalasi)
70. Taufiq Sulistiya (realis)
71. Thoyib Tamsar (dekoratif, banyak bikin patung dari bahan serat rosella)
72. Tiko Hamzah (realis-surialis)
73. Utut Hartono Brotoasmoro (realis)
74. Wadji M.S (realis dekoratif)
75. Wijianto (realis)
76. Yuliascana (dekoratif)
Sedangkan generasi seni rupa Surabaya Tahun 1990-an sama beragamnya dengan generasi seni rupa Tahun 1980-an. Akan tetapi generasi seni rupa Surabaya Tahun 1990-an banyak mengusung tema sosial, politik, dan kritis terhadap lingkungan sekitarnya. Mereka adalah
1. Abdul Hakim (otodidak. kaligrafi)
2. Agus Kucing (pop art dan instalasi)
3. Agus Muharam (kaligrafi)
4. Ari Indriastuti (realis, lulusan Unesa)
5. Arsdewo (STSI=Sekolah Tinggi Seni Indonesia Bandung. Realis ekspresionis dengan tema kerakyatan)
6. Asnan Hayadi (realis, otodidak, banyak melukis kota lama)
7. Bambang Kuncung (nama aslinya Bambang Bagus Permadi. Mahasiswa STKW. Instalasi dan pop art)
8. Budi S (otodidak. natural)
9. Darsono (realis. Otodidak)
10. Dukan Wahyudi (lulusan SMSR. realis dekoratif, dengan mengusung banyak tema kritik sosial)
11. E.Y Fibri Andrianto (abstrak, STKW Surabaya)
12. Hari Subagio (realis ekspresionis, IKIP Semarang)
13. Indra Harianti (istri Supar Pakis. Realis.otodidak)
14. Joko Pramono (Jopram) (lulusan SMSR. pop art)
15. Jumartono (ekspresionis, lulusan SMSR)
16. Mas Rachmad (realis dan kemudian berkembang ke dekoratif. otodidak)
17. Mirza Said (dekoratif, Univ Trisakti)
18. Mukiban (otodidak.realis, impresif)
19. Nono Karyono (realis, otodidak)
20. Nono W.S (realis, banyak belajar di Perancis)
21. Novita Sechan (realis, lulusan Unesa)
22. Supar Pakis (lulusan Unipa=Universitas PGRI Adibuana. Gayanya realis-surealis)
23. Taufiq Hidayat
24. Yunus Jubair (surealis)
Sementara itu ada beberapa pelukis keturunan China yang pernah tinggal dan belajar di Surabaya. Diantara mereka ada yang tetap tinggal di Surabaya dan ada yang meninggalkan Surabaya. Mereka antara lain adalah
1. Huang Fong, Banyuwangi.
2. Sen Pao, Bali. Lahir di Surabaya, 1949. Pendidikan : Melukiskan sejak usia dini. Ia murid pelukis S. Jikan BA, pada tahun 1967-1968 yang kemiudian dilanjutkan dibawah bimbingan pelukis T.Wing di Surabaya. Pengalaman : Tahun 1972 menetap di Bali dan berlangsung sampai sekarang, berulang kali pameran di Jakarta, Surabaya, Bali. Sen Pao menggali kehidupan Bali visual yang khas, bewarna cerah, ilustratif dan mozakis.
3. Chien Pang L. Surabaya. Lahir di Surabaya tahun 1941. Pendidikan : Sejak 10 tahun belajar Chinese Painting di bawah bimbingan ayahnya sendiri dan kemudian mendapat bimingan dari beberapa pelukis diantaraya Mr. Won Tok Fong (Pelukis chinese Painting). Mr. Chang Le Ou (alm).tahun 1960 belajar disekolah seni CHANA Surabaya. Pengalaman : Tahun 1971 mencari pengalaman ke Asia Tenggara. Dari tahun 1979-1994 banyak mengikuti pameran bersama dan tunggal, di Denpasar, jakarta dan luar negri. Tahun 1994 termasuk finalis dalam pameran All Media Competion yang diadakan oleh ARTIST MAGAZINE di Cincinati, Ohio-USA. Dan pada tahun 1995 mendapat ucapan “SELAMAT” The Committe of The World Overseas Chinese Artist Institute yang mana salah satu dari karyanya pada likisa “Fun In The Meadow”terpilih dalam Global Overseas Chinese Painter’s Art Works Collection yang diselenggarakan oleh Editorial board of Paintin Research Institute, Institut seni cina, Beijing. Tercatat tahun 2002 dan 2003 dalam pameran seni lukis Chinese Painting dan Grafis di Nanjing.
4. S. Jikan. Lahir di Klakah (Lumajang) 10 November 1941. Pendidikan : Mulai belajar melukis pada seniman dan guru seni Tan Wing. Tahun 1965 diterima di S.R.I. Yogyakarta. Selanjutnya pada tahun 1967-1970 di IKIP Negri Surabaya jurusan SeniRupa. Gemar melukis cat air, cat minyak, soft pastel diatas cat air dan acrylic. Sebagai angota perkumpulan seni lukis dan kaligrafi Jawa Timur.
5. L. Mintardja. Lahir di Surabaya 1934. Pendidikan : Darah seninya mengalir dari ayahnya seorang kaligrafi terkenal di Surabaya. Sejak kecil mendorongnya untuk menekuni seni lukis dengan belajar pada guru pelukis Kwee Ing Ling pada tahun 1950. Pengalaman : Tahun 60’an beberapa kali mengikuti pameran lukisan bersama di Jakarta. Tahun 70’an beralih ke grafis design dengan media cetak, banyak menangani design packaging dan iklan. Namun kegiatanya melukis tidak pernah lepas dari kehidupanya. Bahkan kini seni lukis sudah menjadi tangung profesinya. Beberapa tahun ini sering pameran bersama di Jakarta, Surabaya, dan Bali. Lukisannya banyak dikoleksi oleh kolektor dari Jakarta, Surabaya, Bali serta mancanegara.
6. WT. Dhay. Lahir di Lumajang tahun 1937. Pendidikan : Sekitar tahun 1960-an pelukis Realis Impressionistik ini belajar menggunakan cat minyak pada pelukis Nurdin BS. Pengalaman : Dari sekitar 30 kali pameran bersama di dalam dan di luar negri, diantaranya : All Media Competion (Cincinnati, Ohio-USA), Pameran bersama Lukisan Flora &Fauna (Hitton Executive Club, Jakarta), Asia Excellence (Singapore), “Pelangi Dewata” (Lippo Finansial Jakarta), Gelegar Seni (Radison Jakarta). Karya-karyanya dikoleksi kolektor dalam dan mancanegara.
7. Liem Sing Kiem. Lahir di Surabaya. Pendidikan : Belajar melukis di yayasan Seni lukis “CHANA” Surabaya. Mendapat bimbingan pelukis Sen Pao di Bali. Pengalaman : Delapan Pameran bersama : Temu Ragam Sembilan Pelukis (Bank Umum Nasional), Pameran Akbar Seni Lukis (Hotel Presiden Jakarta), Komunitas Seni Lukis Surabaya (Hotel Hyatt Reency), Jambore Seni Lukis Surabya (Galery Surabaya), Kepedulian Sesama pelukis (Galery 678 Jakarta), Pelangi Nusantara I (Garden Palace Hotel), Putri Art Galery (Malang), Puisi Nusantara (Garden Palace Hotel) dan di berbagai tempat peresmian/Pembukaan gedung.
8. Pan Zhen Puei. Medium : Oil, Chinese Ink Pencil, Watercolour. Awards : 1976 Special Award, Ministry of Culture National Day Art Exhiition, Singapore. 1988 Tan Tze Chor Art Award, Singgapore Art Society Annual Art Exhibition, Singapore. Selected Collection : Agung Rai Art Museum, Bali-Indonesia, DBS Bank, Singapore Monetary Authority of Singapore, Singapore, Rudana Art Museum, Bali-Indonesia, United Overseas Bank, Singapore. Member : Society Chinese Artist, Singapore, Singapore Art Society, Singapore.

- Copyright © Hamz Blog - Date A Live - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -